Alfian juara 1 Peksimida
Rabu (12/9) Alfiandana Susilo Aji, biasa dipanggil Alfian, lahir di Klaten 14 Oktober 1995 merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Lahir dari pasangan Suparji dan ibu Susilowati yang berdomisili di Klaten, Jawa Tengah.
Setelah berkali-kali menjuarai event bertaraf regional, kali ini Alfian melaju ke jenjang berikutnya yaitu Peksiminas. Untuk dapat mengikuti peksiminas, Alfian harus mengalahkan dulu para pesaingnya di Peksimida (Pekan Seni Mahasiswa Daerah) yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Seni Mahasiswa Indonesia. Event tersebut diikuti oleh beberapa kampus di DIY baik kampus Negeri maupun Swasta.
Tahapan lomba tersebut awalnya diadakan seleksi internal terleb
ih dahulu dari kampus masing-masing. Dalam seleksi internal kampus ini kemudian nanti akan dipilih dua juara terbaik untuk diajukan ke jenjang Peksimida. Di jenjang Peksimida ini dua terbaik yang dipilih sebagai perwakilan kampus kemudian akan bersaing dengan perwakilan dari kampus lain, sesuai tangkai lomba yang diikuti. Peksimida ini kemudian akan menyeleksi untuk dipilih juara satu yang nantinya akan diajukan ke jenjang selanjutnya atau jenjang final yaitu Peksiminas.
Untuk lomba puisi dan tangkai lomba sastra lainnya kebetulan diselenggarakan di UAD, pada hari Jumat 7 September di kampus 4 lantai 10. Dalam lomba penulisan puisi
setiap peserta membawa laptop masing-masing, dan diberi waktu 8 jam di dalam ruangan, yaitu di lantai 10 kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan. Lomba dimulai pukul 8 dan tema puisi diberikan di tempat pas perlombaan di mulai. Untuk tema yang diberikan adalah “Bhineka Tunggal Ika”.
Puisi yang ditulis Alfian dalam lomba tersebut berjudul “Mendirikan Bukit Kenduri”
Puisi ini ditulis bergaya narasi, Alfian ingin menyampaikan konsep kebhinekaan dalam kisah nabi Nuh dan tradisi kenduri. Kisah yang ditulis adalah kisah Nabi Nuh ketika memasuka
n para binatang ke dalam bahteranya, di mana dalam bahtera tersebut Nuh memasukan berbagai macam pasangan binatang untuk menuju ke kehidupan baru. Alfian juga menyampaikan konsep keberagaman dalam tradisi kenduri, salah satu tradisi Jawa, yang di dalam kenduri tersebut dibuat dalam berbagai macam bahan, yang tujuannya satu untuk mengalap berkah.
Adapun kesulitan di kompetisi ini adalah peserta-perserta lain yang menjadi saingan, ada dari UGM dan UNY yang sudah dikenal dan namanya sudah lumayan sering muncul di media.
Kesulitan yg lain yaitu pada tema. Tema kebhinekaan yang diberikan oleh panitia ini membuat para peserta kesusahan untuk mengambil fokus, karena tema tersebut sangatlah luas, yang rasanya bisa menjadi sebuah jebakan. Selain itu kendala yang lain yaitu proses editing, meskipun waktu yang diberikan 8 jam
namun dalam mengendapkan teks untuk selanjutnya proses editing waktu yang diberikan tersebut kurang optimal.
“Untuk teman-teman yang ingin menulis puisi ataupun mengikuti event-event literasi lainnya kunci utamanya adalah dengan banyak membaca. Membaca, membaca, membaca, menulis. Dengan banyak membaca kita akan memiliki banyak referensi dan pembendaraan kosa kata yang sangat dibutuhkan dalam menulis. Kemudian banyak belajar kepada yang sudah berpengalaman, ngobrol ngobrol, minta pendapat, sharing. Jangan ragu-ragu juga mengikuti kelas kelas, event, atau komunitas literasi.” Begitu pesan Alfian.
Lanjutnya, “Serius atau menekuni bidang yang diminati juga merupakan proses yang sangat penting , Saya selalu teringat salah satu pepatah jawa “sopo tekun bakal tekan“. (irs)