Sastra Indonesia UAD Gelar Seminar Kuliah Umum Festival Kenduri Sastra #4
Sastra Indonesia UAD Gelar Seminar Kuliah Umum Festival Kenduri Sastra #4
Program Studi Sastra Indonesia (Prodi Sasindo) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (HMPrisai) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sukses menyelenggarakan Kuliah Umum Festival Kenduri Sastra #4.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Kenduri Sastra (FKS) 2025 yang mengangkat tema besar “Rumati Asvatama” yang bermakna ‘merawat dan saling menjaga hingga abadi selamanya’. Tema tersebut diangkat sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi sastra dan budaya Indonesia saat ini yang penuh tantangan di tengah arus globalisasi, perkembangan teknologi, serta gaya hidup modern.
Melalui kegiatan ini, diharapkan generasi muda lebih sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan sastra serta bahasa Indonesia. Dengan mengusung subtema “Bagaimana Kita Menulis Sastra, Bagaimana Kita Merumat Bahasa Indonesia”, kuliah umum ini menghadirkan dua pembicara, yakni Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, akademisi dan tokoh sastra Indonesia dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Xiao Lixian, dosen dan peneliti bahasa Indonesia asal Tiongkok dari Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS). Keduanya berbagi pengalaman dan wawasan seputar dunia sastra serta pentingnya merawat bahasa Indonesia di tengah dinamika zaman.
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Suminto A. Sayuti berfokus pada “Bagaimana Kita menulis Sastra” yang berupaya menggali lebih dalam mengenai proses kreatif menulis karya sastra dan memahami dinamika perkembangan sastra di era digital, serta menemukan strategi untuk menjaga keberlanjutan aktivitas bersastra. Ia menegaskan bahwa menulis kreatif adalah proses personal yang penuh perenungan. Ia menyampaikan bahwa sastra bukan sekadar persoalan teknik, melainkan cara untuk memahami kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan. Menulis membutuhkan intuisi, imajinasi, serta ketepatan dalam memilih kata.
“Melalui tulisan, penulis menyampaikan pengalaman batin dan membangun empati pembaca. Sastra, membantu kita memandang dunia dengan cara yang lebih dalam dan manusiawi”, ujarnya.
Dalam pemaparan materinya, Xiao Lixian–atau akrab disapa Melati–memberikan pemahaman tentang “Bagaimana Kita Merumat Bahasa Indonesia”. Fokus utama pemaparannya adalah Bahasa Indonesia menjadi bagian dari kegiatan proses kreatif bagi mahasiswa di Tiongkok, khususnya dalam skema BIPA.
Acara kuliah umum ini dihadiri berbagai pihak, di antaranya Dekan Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK), Ketua Program Studi Sastra Indonesia, dosen-dosen Program Studi Sastra Indonesia, perwakilan organisasi mahasiswa FSBK, mahasiswa FSBK, serta tamu eksternal, seperti guru dan siswa dari berbagai sekolah yang mengikuti sosialisasi kegiatan sastra dan budaya. Antusiasme peserta terlihat tinggi sepanjang acara. Sesi diskusi dan tanya jawab berlangsung aktif, menunjukkan minat besar para mahasiswa dan tamu undangan terhadap dunia sastra dan bahasa Indonesia. (wid/sus)