Darah Penghianatan, Puisi tentang Penghianatan Bangsa pada Pahlawannya
Bagai kumpulan titik nadi yang hampir lurus
Bagai pilihan jurang atau terbakar
Bagai menggenggam mawar indah melenakan
namun tanpa sadar darah mulai bercucuran
Kau tau? Inilah negeriku saat dulu di perjuangkan
Hati mulai mencerna menolak akal
Menghapus imajinasi yang semakin menyesakkan
Terbayang bambu runcing yang terus melayang di keramaian
Terlihat semangat juang bahkan saat akal menolak kemenangan
Dan di waktu yang sama
Ada penantian penuh keresahan
Beribu doa penuh harapan
Mengharap tangis haru yang akan dirasakan
Kau tau? Inilah negeriku saat dulu di perjuangkan
Kini imaji semakin mendalam
Tergambar tangis haru penuh kemenangan
Sorak bangga penuh syukur pada Sang Tuhan
Namun seketika hati kembali teriris
Terbayang akan jasad para pejuang yang bergeletakan
dengan nadi hilang fungsi
Terbayang pekikan pedih karna harus merelakan
Kau tau? Inilah negriku saat dulu di perjuangkan
Namun kini seakan kacang tak lagi mengenal pelindungnya
Bibit unggul yang diharapkan malah menjelma tikus berdasi
yang terus merongrong dengan rakusnya
Banyak gajah yang membunuh semut semena mena
Tangan lembut yang menahan pisau bagian tumpul
Akan membelah simalakama yang ada di bagian runcingnya
Kau tau? Inilah negriku yang dulu pernah di perjuangkan
Bumi pertiwi semakin pilu
Menatap runtuh pondasi kuat berjejak keringat
Hijau berganti putih bening penggores luka
Segar berganti usang sesak di dada
Bejana yang dahulu utuh
Kini terbelah tak lagi satu
Semua saling menuduh!
Lalu berbondong bondong membangun bejana baru
Berlandas ego tanpa toleransi
Persetanan semakin menjadi
Kau tau? Ini negeriku yang dulu pernah di perjuangkan
Akankah diri terus terdiam?
Menahan pahitnya kebodohan
Mengikuti alur tanpa tindakan
Meratapi nasip menyesatkan
Tidak! Tentu tidak!
Kau tau? Ini negeriku!
Negeri yang akan terusku perjuangkan (RRI)
Ditulis oleh Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2020. Nantikan puisi keren lainnya di pekan depan, ya!