Mahasiswa Sastra Indonesia Gali Sejarah Penamaan Desa Kebumen hingga Tembus Jurnal Sinta 3
Mahasiswa Sastra Indonesia Gali Sejarah Penamaan Desa Kebumen hingga Tembus Jurnal Sinta 3

Nisa Nala Sabila, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022, menorehkan prestasi membanggakan dengan berhasil memublikasikan artikelnya di jurnal terindeks Sinta 3. Artikel berjudul “Toponimi Nama-Nama Desa di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen” itu mengulas asal-usul serta makna di balik nama-nama desa di wilayah Kebumen. Dalam tulisannya, Nisa menelusuri bagaimana nama-nama desa, seperti Argopeni, Candimulyo, Jemur, hingga Wonosari menyimpan nilai sejarah, sistem kepercayaan, dan pandangan hidup masyarakat setempat. Melalui pendekatan toponimi, ia ingin menunjukkan bahwa setiap nama desa tidak hanya sekadar penanda wilayah, tetapi juga cerminan identitas budaya masyarakatnya.
Ketertarikan Nala terhadap topik ini berawal dari rasa penasaran terhadap sejarah di sekitarnya. Ia menyadari bahwa belum banyak yang meneliti asal-usul nama desa di Kebumen dan mengubahnya menjadi karya ilmiah. “Saya ingin mengenalkan sejarah penamaan desa kepada masyarakat, karena setiap nama punya makna dan cerita tersendiri,” ungkapnya. Keinginan untuk memperkenalkan warisan budaya lokal inilah yang akhirnya mendorongnya menyelesaikan penelitian tersebut hingga layak dipublikasikan.
Proses penulisan artikel ini berjalan cukup lancar, meski penuh tantangan. Salah satu kesulitannya adalah mencari sumber informasi yang akurat. Dalam beberapa kesempatan, perangkat desa dan masyarakat setempat justru tidak mengetahui sejarah nama wilayah mereka. “Itu sempat bikin saya kewalahan, tapi saya berusaha mencari sumber lain agar data yang saya tulis tetap kuat,” tuturnya. Meski sempat merasa kesulitan, Nala tetap berpegang pada prinsip untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Dalam perjalanan penelitian ini, dukungan keluarga dan teman-teman menjadi kekuatan besar. Ayahnya selalu menemani saat melakukan wawancara di setiap desa, sementara ibu dan teman-teman memberikan semangat agar ia tidak mudah menyerah menghadapi revisi dan proses penyuntingan artikel. Dukungan itu menjadi dorongan besar yang membuatnya tetap bersemangat hingga artikelnya berhasil terbit.
Bagi Nala, momen publikasi ini menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan. Ia merasa bangga melihat hasil kerjanya dapat diakui dan dibaca oleh banyak orang. Dari pengalaman ini, ia belajar bahwa keberhasilan tidak datang secara instan, melainkan dari kemauan dan ketekunan. “Yang penting jangan malas dan tetap berusaha. Menulis artikel itu tidak sesulit menulis skripsi kalau dikerjakan dengan niat,” pesannya untuk teman-teman mahasiswa lain. (put/sus)



