Berakibat Buruk;Kenali Toxic Productivity!
Menjadi anak muda dengan jadwal kegiatan padat terkadang terlihat menyenangkan dan keren, bukan? Tidak sedikit dari kita—atau mungkin diri kita sendiri—sering menghabiskan waktu dengan mengikuti banyak kegiatan. Bahkan saking banyaknya kegiatan sehingga terjadi bentrok dengan jadwal kuliah hingga kelimpungan menyesuaikan jadwal rasanya bukanlah hal yang tabu.
“Sayang kalau masih muda ga ngapa-ngapain. Banyakin aja kegiatan ini-itu, biar nambah pengalaman dan relasi!”
Betul.
Tidak ada yang salah dengan pendapat itu. Masih muda, energik dan semangat adalah keunggulan yang kita—mahasiswa—miliki. Karena itu, akan sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti ikut organisasi, magang, volunteer, hingga jadi peserta lomba ini-itu.
Tapi apakah kamu yakin, berpartisipasi dalam hampir seluruh kegiatan positif itu akan memberikan dampak yang positif juga?
Menjadi produktif memang hal yang baik, tapi ingat kembali semua yang berlebihan itu tidak baik. Berusaha melakukan banyak hal agar produktif di waktu bersamaan atau waktu berdekatan bisa memberikan efek burnout atau stress berat.
Toxic productivity adalah keinginan tidak sehat yang dimiliki seseorang yang ingin terus produktif setiap saat dengan segala cara. Ia cenderung akan merasa bersalah jika tidak melakukan apa-apa. Pun jika pekerjaan telah selesai dilakukan, orang yang mengalami toxic productivity ini akan merasa bersalah karena merasa tidak mengerjakannya dengan cukup baik atau cukup banyak.
Bukan hanya berakibat stress berat, seseorang dengan toxic productivity cenderung tidak bisa memiliki waktu untuk keluarga, sahabat, bahkan dirinya sendiri. Sebab waktu yang ia miliki selalu dihabiskan untuk melakukan berbagai pekerjaannya.
Ciri-Ciri Toxic Productivity
1. Selalu Ingin Produktif
Seperti yang sudah tertulis diatas, menjadi produktif adalah hal yang baik, namun tidak lagi baik jika sudah berlebihan. Sebenarnya apa yang kamu cari sampai mengabaikan kesehatan sendiri?
2. Merasa Bersalah Jika Tidak Melakukan Apapun
Orang yang sudah mulai mengidap toxic productivity biasanya akan merasa bersalah jika tidak melakukan apapun, sekalipun itu untuk beristirahat. Ia selalu merasa ada yang harus ia kerjakan agar tidak berdiam diri saja.
3. Tidak Pernah Merasa Puas
Pengidap toxic productivity tidak mengenal kata cukup dan puas. Padahal sesungguhnya apa yang telah mereka kerjakan sudah lebih dari cukup.
4. Tidak Suka beristirahat
Sama seperti poin nomor 2, pengidap toxic productivity tidak suka beristirahat bahkan walau ia sedang sakit. Ia tetap memilih untuk bekerja saja. Memiliki waktu luang untuk beristirahat adalah pemikiran yang negatif bagi mereka. Orang yang bisa beristirahat juga dipandang sebagai orang yang malas oleh mereka.
Cara Mengatasi Toxic Productivity
1. Sadar Kamu Bukan Ultramen
Bukan tanggung jawabmu untuk mengikuti semua kegiatan atau event yang diselenggarakan kampus. Ingat, kampus itu punya banyak mahasiswa. Cukup ikuti beberapa saja. Kamu bukan ultramen yang bisa mengerjakan semuanya. Kamu cuma manusia biasa.
2. Cari Bantuan
Jika sudah terlanjur menjadi pengidap toxic productivity, segera cari bantuan untuk keluar dari jebakan ini. Kamu bisa melakukan konsultasi dengan ahli atau bercerita pada orang yang paling kamu percayai. Selain itu, kamu juga bisa “mengaktifkan alarm” dalam dirimu sendiri sebagai pengingat jika kamu kembali melakukan toxic productivity seperti bekerja terlalu keras hingga kelelahan.
3. Hilangkan Pertanyaan “Selanjutnya apa lagi yang harus dikerjakan?”
Pertanyaan itu adalah pemicu toxic produktivity. Menyakitkan, tapi kamu harus sadar bahwa tidak semua orang menghargai dan ingin tahu proses yang kamu jalani. Banyak yang kagum dengan pencapaianmu, tapi tidak peduli seberapa keras kamu mencoba sampai di puncak. Maka, lakukanlah semuanya dalam batas wajar.
Toxic productivity adalah hal yang sebaiknya dihindari oleh kita semua. Ya, pada dasarnya memang semua yang “toxic” itu selalu membawa pada keburukan, sih.
So, mulai sekarang jangan merasa bersalah jika kamu tidak melakukan apapun setelah sebelumnya melakukan banyak kegiatan ya! (mnk)